IPO : Pembelajaran dari BUMN dan BUMS
IPO : Pembelajaran dari BUMN dan BUMS
Hotel Grand Sahid Jaya – Jakarta | Kamis 9 Juni 2011 | Rp 1.500.000/peserta
Akhir-akhir ini kita banyak mendengar mengenai rencana Initial Public Offering (IPO) dan bagaimana proses IPO berlangsung, baik dari pihak pemerintah sebagai shareholders daripada BUMN dan BUMD maupun dari perusahaan-perusahaan swasta yang bermaksud untuk mencari alternatif sumber dana. Bagi perusahaan, selain merupakan sarana untuk memperoleh dana untuk pengembangan bisnis perusahaan dan meningkatkan penetrasi pasar potensial, IPO juga merupakan sarana untuk mengembangkan pangsa kepemilikan publik dan fungsi kontrol. Kondisi ini meningkatkan transparansi, profesionalisme pemegang saham dan pada akhirnya kinerja dan citra perusahaan.
Walaupun pada dasarnya prinsip IPO telah diatur dalam berbagai peraturan dan regulasi di Indonesia, masih sering terdapat kebimbangan dari kalangan dunia usaha pada saat mereka ingin mendaftarkan saham perusahaannya di pasar modal, antara lain: mekanisme penunjukan penjamin pelaksana emisi untuk penawaran saham perdana kepada publik (IPO), perumusan harga jual saham dalam IPO, penjatahan saham, penyusunan pedoman perilaku (code of conduct) untuk IPO, dan teknik sosialisasi kinerja perusahaan (roadshow)[1]. Belum lagi menjawab pertanyaan pemegang saham seputar urgensi dan keuntungan daripada pengalihan kepemilikan perusahaan pada saat top management memiliki kewajiban untuk mengelola perusahaan untuk kepentingan Perusahaan dan bukan untuk kepentingan pemegang saham tertentu.
Mengamati proses IPO PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk dan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk., terdapat beberapa aspek yang dapat dijadikan bahan pembelajaran bersama, antara lain perumusan harga saham perdana, penjatahan saham dan timing yang merupakan salah satu faktor penentu kesuksesan IPO.
Diskusi yang bertajuk “IPO: Pembelajaran dari BUMN dan BUMS” tidak hanya membahas mengenai prinsip IPO sebagai alternatif sumber dana, tetapi juga faktor-faktor yang menentukan kesuksesan maupun kegagalan dalam proses IPO.
CAKUPAN BAHASAN
- IPO sebagai opsi pengembangan usaha
- Kesiapan perusahaan
- Tahapan proses IPO yang berbasis GCG
- Evaluasi kesuksesan dan kegagalan IPO
- Tantangan IPO dimasa depan
MODERATOR
- Sesi I : Haryajid Ramelan
Ketua Umum UAAEI (Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia) - Sesi II : Kahlil Rowter
Pengamat Ekonomi / Mantan Direktur Utama PEFINDO
PEMBUKAAN
Mas Achmad Daniri
Ketua Tim Evaluasi Independen Privatisasi BUMN (PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. dan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
Ketua Komite Nasional Kebijakan Governance
KEYNOTE SPEAKERS
“IPO: Pembelajaran dari BUMN dan BUMS”
- Dr. Ir. H. Mustafa Abubakar
Menteri BUMN RI - Ito Warsito
Dirut PT. Bursa Efek Indonesia
“IPO: Keterbukaan Informasi Sebelum dan Sesudah IPO”
- Nurhaida
Ketua Bapepam – LK
“Iklim Makro Ekonomi dan Daya Serap Pasar”
- Fauzi Ichsan
Senior Vice President, Senior Economist dan Government
Relations Head Standard Chartered Bank Indonesia
SESI I: Evaluasi Proses IPO
- Marciano Hersondrie Herman
Direktur Utama PT. Danareksa Sekuritas - Michael Steven
Direktur Utama PT. Kresna Graha Sekurindo Tbk. - Samin Tan
Direktur Utama PT . Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk - Agus Ruswendi
Direktur Utama PT . Bank Jabar Banten Tbk - Emirsyah Satar
Direktur Utama PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
SESI II: Kesiapan Perusahaan: Tahapan IPO
- Hasan Zein Mahmud
Mantan Dirut PT. Bursa Efek Indonesia & PT. Bursa Berjangka Jakarta - Hotbonar Sinaga
Direktur Utama PT. Jamsostek (Persero) - Martiono Hadianto
Direktur Utama PT. Newmont Pacific Nusantara - Nanda Widya
Direktur Utama PT. Metropolitan Land Tbk. - Pamudji Rahardjo
Direktur Utama PT. Semen Baturaja (Persero)
TARGET PESERTA
- Direksi dan Komisaris Perusahaan Swasta, Publik, BUMN dan BUMD
- Komite-Komite dibawah Direksi & Komisaris
- Sekretaris Perusahaan
- Investor, Pemegang saham dan Penjamin Efek
TEMPAT
Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta Ruang Prambanan Lt.2Jl. Jend. Sudirman No. 86 , Jakarta 10220
INVESTASI
Rp. 1.500.000,-/Peserta